TUGAS INDIVIDU
ISU DAN
PERMASALAHAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
“Sebagai salah satu syarat untuk
menempuh matakuliah Perkembangan Peserta Didik yang diampu oleh : Siti
Nurlaila, S.Psi., M.Psi.”
Disusun oleh :
Annis Afifah Ningtyas
(12330012)
Prodi : Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Metro
Maret 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa
remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan berbagai
pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman
berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan
mereka kelak.
Masalah-masalah
yang timbul pada masa remaja harus bisa di pahami oleh seorang pendidik, agar
remaja tidak mengalami kemunduran mental. Karena remaja yang tidak mendapatkan
bimbingan pada masa remaja, mereka
akan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma
kehidupan. Pendekatan dan pemecahan masalahnya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang
paling strategis, baik dengan
pendidikan formal ataupun non-formal.
B.
Tujuan
1.
Untuk dapat
menjelaskan pengertian remaja dan permasalahannya
2.
Untuk dapat
mengetahui penyebab dari permasalahan remaja
3.
Untuk dapat
menyebutkan dan menjelaskan beberapa permasalahan remaja
4.
Untuk dapat
mengetahui implikasi permasalahan remaja dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Remaja dan Permasalahannya
Remaja
adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi
bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan
ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh,
psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi
remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle
adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20
tahun).
Menurut
Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang
berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa
muda. Remaja merupakan suatu masa peralihan baik secara fisik, psikis, maupun
sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
Kenakalan
remaja sering diartikan terjemahan dari juvenile delinquency. Secara etimologis
pengertian juvenile delinquency berasal dari kata juvenile yang berarti anak,
dan delinquency yang berarti kejahatan. Jadi secara etimologis juvenile
delinquency adalah kejahatan anak. Dari berbagai pengertian tentang kenakalan
remaja atau juvenile delinquency dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja atau
juvenile delinquency memiliki arti kejahatan yang dilakukan oleh anak remaja.
Dengan demikian kenakalan remaja merupakan perbuatan yang melanggar hukum yang
dapat dikenai sanksi pidana
bagi yang melanggar larangan tersebut.
Masa
remaja dikenal dengan masa Strom dan Stres dimana terjadi pergolakan emosi yang
diiringi dengan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Masa
remaja identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktifitas-aktifitas yang dijalani di sekolah tidak memadai untuk memenuhi gejolak
energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya kearah yang
tidak positif, dengan melakukan
perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan disebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan tersebut yang timbul menjadi sebuah permasalahan dalam
remaja.
B.
Penyebab Permasalahan Remaja
Permasalahan
yang dilakukan remaja kadang-kadang tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi
juga merugikan orang lain. Biasanya permasalahan itu timbul akibat dari
keluarga (kehidupan pribadi), kehidupan luar (masyarakat dilingkungan), teman
sebaya, budaya asing, kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai
nilai-nilai moral dan social, kurangnya disiprin yang
diterapkan orang tua kepada anak, rendahnya kualitas hubungan orang tua-anak,
tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan baik
keluarga maupun bukan, anak tinggal jauh dari orang tua dan tidak ada pengawasan
dari figur otoritas lain, dan masih banyak lagi.
Keluarga
merupakan tempat dimana seorang remaja pertama kali mendapatkan pendidikan.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat informal dan
kodrati. Apabila keluarga seorang remaja mengalami masalah biasanya berimbas
pada anaknya. Apalagi anaknya masih dalam usia peralihan antara anak-anak
menuju dewasa, biasanya cepat sekali menangkap perilaku yang tidak baik.
Misalnya keluarga remaja tersebut pecah (broken home), remaja tersebut merasa kurang
diperhatikan, akhirnya karena pengaruh lingkungan dan teman-teman sebayanya
mengajak dia untuk melampiaskan kekesalannya dirumah dengan merokok, ataupun
minum-minuman keras. Apabila remaja tersebut tidak memiliki keimanan yang kuat
ia akan mudah terbawa arus kehidupan modern yang tidak baik tersebut.
Teman sebaya. Sebagai manusia yang berada dalam lingkungan
sosial yang heterogen, anak-anak remaja usia sekolah tidak dapat hidup sendiri.
Mereka memerlukan teman, baik di sekolah, di rumah atau di sekitar tempat
tinggalnya. Anak-anak remaja sebagai manusia yang berkembang terus menuju
kedewasaannya akan selalu mencari siapa yang berada di sampingnya, yang
menemaninya belajar, bermain, bahkan untuk memperlihatkan prinsip hidupnya.
Teman adalah orang-orang yang akan menghiburnya pada saat ia dalam kesedihan,
menjadi pembela pada saat ia diserang baik secara fisik maupun mental, dan
teman selalu ada yang datang dan pergi.
Teman
memberikan pengaruh yang luar biasa kepada anak-anak remaja usia sekolah. Mereka
dapat menjadi anak yang lebih berani, ramah, atau lebih egois dan agresif
dari pada sifat biasanya. Anak bisa menjadi sosok yang lebih menurut kepada
temannya daripada kedua orang tuanya; dan perkataan teman lebih berpengaruh
daripada perkataan orang tuanya, bahkan anak lebih memilih lingkungan buruk
bersama teman-temannya dari pada lingkungan keluarga bersama orang tua.
Budaya asing.
Seiring dengan perkembangan teknologi disegala bidang, dan masuknya
budaya global dari dan ke setiap negara, menyebabkan adanya
asimilasi budaya dan gaya hidup global. Hal ini dapat dilihat bagaimana
gencarnya arus pornografi dalam tayangan televisi, VCD, DVD,
internet, dan berbagai gambar dalam majalah, surat kabar dan bahkan dalam buku.
Akibatnya, salah contoh adalah budaya berpakaian. Anak-anak remaja sekarang ini
lebih menyukai pakaian rok mini, you can see, jeans ketat, kaos ketat dan
menggantung, bahkan budaya model berpakaian seperti ini, mereka padukan dengan
seragam sekolah yang mereka pakai.
Belum
lagi tontonan gerakan-gerakan erotis yang semakin gencar dan
semarak dan semakin sulit untuk dibendung. Gaya hidup remaja glamour yang
dipertontonkan melalui acara senetron remaja di televisi, model rambut gaya,
handphone yang terus berganti sesuai dengan model, tato gaya, sampai
dengan asesoris diri yang kurang mendidik. Akibat dari tontonan dan
bacaan yang kurang bertanggung jawab tersebut, maka akan menimbulkan berbagai
sikap dan perbuatan anak-anak remaja usia sekolah sekarang ini yang cenderung
kurang bertanggung jawab terhadap dirinya, terhadap lingkungan keluarganya.
C.
Contoh Permasalahan Remaja
Permasalahan remaja dikehidupan ini banyak sekali beberapa contoh yang
sering menjadi bahan pembicaraan adalah bahaya merokok, penyimpangan seks pada
remaja, dan bahaya mengkonsumsi minum-minuman keras dan penyalahgunaan narkoba.
1.
Remaja dan Rokok
Di
masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan
merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain
pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang –
orang disekitarnya. Hampir setiap saat
dapat disaksikan dan dijumpai orang-orang yang sedang merokok. Berbagai
kandungan zat yang terdapat di
dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.
Beberapa
motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan
(anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma ( permissive beliefs/
fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan
oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di
depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain
terikat dengan kelompoknya.
Penyebab remaja merokok. Pengaruh orangtua. Salah satu temuan
tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah
tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan
anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga
yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi,
1999:294).
Pengaruh teman. Berbagai fakta
mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar
kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya.
Dari fakta
tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan temanteman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang
akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja
perokok terdapat 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri,
1991).
Faktor Kepribadian. Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari
rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat
prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki
skor tinggi pada
berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor
yang rendah (Atkinson, 1999).
Pengaruh Iklan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada dalam iklan tersebut.
(Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
Upaya pencegahan untuk
menghentikan perilaku merokok sangat penting dengan menumbuhkan motivasi dalam
diri remaja untuk berhenti atau tida mencoba merokok akan membuat mereka tidak
terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa, atau
kebiasaan orang tua. Program kampanye anti merokok yang dilakukan oleh Richard
Evans (1980) membawa hasil yang menggembirakan, dengan cara membuat poster,
film, dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan
merokok. Kampanye tersebut dilakukan melalui sekolah, televisi, atau radio.
2.
Penyimpangan Seks pada Remaja
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang,
organ reproduksipun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan
psikologis remaja yang mulai menyukai
lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap
perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada
remaja terkait dengan masa awal
kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan.
Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami
kehamilan biasanya mendapatkan respon
dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat
ini terjadi adalah sekolah meresponya
dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari
lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan
siswi tersebut. Hal tersebut
terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini
mendapat perhatian pemerintah. Karena
masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga
mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber
kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya
tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang
keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan
remaja akan ketidakamanan
atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah
yang juga sangat menggelisahkan
berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap
HIV/AIDS.
Penularan virus HIV ternyata menyebar sangat
cepat di kalangan remaja dan
kaum muda. Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, memiliki prosentase yang
cukup mengagetkan, dikatakan tahun 2010 BKKBN ternah merilis data yang
menyatakan bahwa 52% remaja di kota Medan, 51% Jabodetabek, 54% di Surabaya,
dan 47% di Bandung remajanya mengaku pernah melakukan hubungan seks pra nikah,
serta 21% siswa sekolah menengah (SMP dan SMA) pernah melakukan aborsi. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa semakin lama
semakin banyak remaja di bawah usia 18 tahun yang sudah melakukan hubungan seks.
Godaan remaja saat ini
dapat dikatakan sangat berat. Negara terkesan membiarkan rakyatnya dijadikan
sasaran pemasaran industri pornografi dunia namun pengetahuan yang menyadarkan
akan adanya bahaya serta resikonya tidak diajarkan secara memadai. Media massa
juga seharusnya perlu ikut melindungi remaja-remaja Indonesia. Beberapa artis
yang nyata-nyata telah tercemar karena menjadi artis film porno masih diberikan
ruang untuk kembal menjadi idola dan panutan remaja. Artis yang hamil diluar
nikah malah disorot sebagai perempuan hebat yang teguh memegang prinsip kendati
dicaci maki.
Pada zaman sekarang,
remaja mayoritas mengidolakan bintang film, artis sineteon, penyanyi, dan para
selebriti lainnya yang kadang kehidupan idolanya tersebut tidak sesuai dengan
syariat agama. Orang tua memiliki peran penting dalam pendidikan anaknya, terutama
pada masa awal kehidupannya. Orang tua seharusnya menanamkan nilai-nilai agama
sejak dini, dan membimbing anak menjadi pribadi yang baik.
3.
Remaja dan NARKOBA serta Minum-minuman Keras
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan
Bahan Adiktif berbahaya
lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun
disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat
menimbulkan ketergantungan
(adiksi ) fisik dan psikologis. Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun
1997).
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada
aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk
psikotropika antara lain: Sedatin
(Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, dsb.
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat
meskipun dalam jumlah kecil mungkin
mempunyai efek stimulasi ringan Bahan
psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah
atau umbi umbian. Nama yang populer
: minuman keras (miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll. Minuman beralkohol mempunyai kadar yang
berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan minuman keras
yang biasa disebut
dengan spirit (35 – 55% alkohol). Dari beberapa penelitian alkohol dapat menyebabkan
: Kecelakaan lalu lintas, luka bakar, kasus
penganiayaan anak, bunuh diri, dan kecelakaan kerja.
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan
antara masa anak-anak dan
masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang
tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram
atau bahkan hancurlah
masa depannya.
Pada masa remaja, justru keinginan untuk
mencoba-coba, mengikuti trend dan
gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi
hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba.
Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah
kelompok usia remaja. Masalah
menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di
kalangan remaja. Hal ini telah terbukti
dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak
akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya
HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi
bangsa.
Selain
ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan
dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti tawuran,
kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll. Semua masalah tersebut
perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja
merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remajalah masa depan bangsa ini
digantungkan. Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya
masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
Peran Orangtua :
·
Menanamkan pola asuh yang
baik pada anak sejak prenatal dan balita
·
Membekali
anak dengan dasar moral dan agama
·
Mengerti komunikasi
yang baik dan efektif antara orangtua – anak
·
Menjalin kerjasama yang
baik dengan guru
Peran Guru :
·
Bersahabat dengan siswa
·
Memberikan keleluasaan siswa
untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
·
Menyediakan sarana dan
prasarana bermain dan olahraga
·
Meningkatkan disiplin
sekolah dan sangsi yang tegas
·
Meningkatkan kerjasama
dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
·
Menciptakan kondisi
sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal
fisik, mental, spiritual dan sosial
·
Meningkatkan deteksi
dini penyalahgunaan NAPZA
Peran
Pemerintah dan masyarakat :
·
Menghidupkan kembali
kurikulum budi pekerti
·
Memberikan
keteladanan
·
Menanggulangi NAPZA,
dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
·
Lokasi sekolah
dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
Peran Media :
·
Sajikan tayangan atau
berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
·
Sampaikan berita dengan
kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
·
Adanya rubrik khusus
dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk
remaja
D.
Implikasi Permasalahan Remaja dalam Pendidikan
Perkembangan
dan permasalahan tidak berakhir setelah seseorang mencapai kematangan fisik,
tetapi terus berjalan seumur hidup, perkembangan mencoba menjelaskan dan
menganalisis keteraturan perkembangan manusia sepanjang hidupnya. Hal ini berkaitan erat
dengan pendidikan. Pendidikan
adalah proses penyesuaian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia
atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi
moral, intelektual, dan jasmaniah manusia. Oleh karenanya, setiap
permasalah yang muncul maka secara langsung maupun tidak langsung akan berimplikasi
dengan pendidikan, terutama permasalahan remaja.
Conger
menegaskan bahwa pemahaman dan pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja
harus dilakukan secara interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian,
pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang
paling efektif dan strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah
dengan para pendidik, khususnya para guru, banyak mempunyai kesempatan
berkomunikasi dan bergaul.
Diantara
usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya untuk
mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa remaja,
dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan
para guru khususnya:
1. Hendaknya seorang guru mengadakan program dan perlakuan layanan khusus
bagi siswa remaja pria dan siswa remaja wanita (misalnya dalam pelajaran
anatomi, fisiologi dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru
yang dapat menyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity. Tujuan dari
usaha tersebut adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang
mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan
psikomotorik remaja.
2. Memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau
informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa
yang bersangkutan. Terutama pada masa penjurusan atau pemilihan dan penentuan
program studi. Upaya tersebut bertujuan untuk memahami dan mengurangi
masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku
kognitif.
3. Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah
dengan sekolah (parent teacher
association) untuk saling mendekatkan dan menyelaraskan sistem nilai yang
dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan
perlakuan layanan yangdiberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk
memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan
perkembangan perilaku sosial,
moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan
keagamaan.
4. Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah
yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif,
afektif dan kepribadiannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
paparan latar belakang masalah, uraian yang telah dijelaskan dalam pembahasan terhadap isi masalah
ini. Maka dapat disimpulkan
bahwa masa
remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya
dan mengalami perubahan baik emosi,
tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Banyak penyebab dari
timbulnya permasalahan remaja diantaranya dari pihak keluarga, teman dekat,
lingkunga sekitar, sampai budaya asing yang masuk. Beberapa contoh permasalahan
yang dihadapi remaja adalah merokok, seks bebas, NARKOBA, bahkan tawuran, dan
kesulitan belajar. Maka dari itu implikasi
yang terjadi dalam pendidikan banyak merugikan diri sendiri bahkan orang lain,
maka sebagai pendidik harus dapat memberikan solusi bagi masalah masalah yang
dihadapi remaja.
B. Penutup
Demikian
yang dapat disampaikan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson (1999). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Chocolate, B.S.
2011. Isu dan Permasalahan Remaja Serta
Implikasinya dalam Pendidikan.(online)http://blacksweetchocolate.blogspot.com/2011/11/isu-dan-permasalahan-remaja-serta.html. Diunduh tanggal 23 Maret 2013, pukul 21.13.
Fatimah,
Enung. 2006. Psikologi Perkembangan
(Perkembangan Peserta Didik). Bandung : Pustaka Setia.
Hadi, Setio. 2012. Kenakalan Remaja. (online) http://salingberbaginfo.blogspot.com/. Diunduh tanggal 24 Maret 2013, pukul 07.04.
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan
Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta:
Erlangga.
Isma. 2013. Remaja Kian Galau Tanpa Pegangan.
Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.
Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja.
Surabaya: Usaha Nasional.
Nainggolan,
Calvin. 2012. Faktor-faktor Penyebab
Munculnya Permasalahan Remaja. (online) http://www.godangisina.com/2012/04/faktor-faktor-penyebab-munculnya.html. Diunduh tanggal 23 Maret 2013, pukul 21.15
Wijayanto.
2011. Isu dan Permasalahan Anak Serta
Implikasinya dalam Pendidikan. (online) http://newijayanto.blogspot.com/2011/12/isu-dan-permasalahan-anak-serta.html. Diunduh tanggal 23 Maret 2013, pukul 20.15.
0 komentar:
Posting Komentar